Suara pinggiran

Suara-suara pinggiran itu
bersatu kukuh di dalam tangan
teriaknya kuat melobos jejari rapi
bersatu dengan angin sekitar
tanpa sedar
perlahan hilang dan menjauh

Mata saya teragak
perhatikan sisa-sisanya yang tertinggal
Suara itu ajaib
tanpa bentuk atau bau
tidak berjisim
tetapi kuat menekan jiwa

Lalu saya bangkit ke meja
menepuk kuat ke kertas
dari kosong dan putih bersih
ke lembaran berwarna pelangi
bersinar penuh, bersorak
satu temasya penghidupan.

Ia aneh bukan?
Sayap akal saya tidak puas berkibar
sejauh ufuk langit
sedalam teras bumi
tentang bagaimana mereka
merayakan ruang begitu
lagi kecil dan sempit.

Suara itu terus berjuang
melewati segala sempadan dan masa
jelas dan nyata,
mereka wujud ketika kita lupa.

— X